4.14. Utilitarisme

Aliran filsafat moral berikutnya adalah utilitarisme. Bagi utilitarisme,  yang baik adalah yang utilis: berguna.
Jika dua aliran filsafat moral sebelumnya relatif berada pada tataran individu, utilitarisme berada pada tataran masyarakat atau negara.

Aliran ini awalnya berkembang di negara-negara berbahasa Inggris; dimaksudkan sebagai dasar etis memperbaiki hukum Inggris, khususnya hukum pidana. Salah satu tokohnya, Jeremy Bentham (1748 – 1832) dengan buku Introduction to the Principles of Morals and Legislation, 1789.

Bentham  memulai pendapatnya dengan menekankan bahwa manusia sesuai hakikatnya  ditempatkan di bawah dua titik yang berkuasa penuh: ketidaksenangan dan kesenangan. Menurut hakikatnya itu, manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Kebahagiaan tercapai jika ia memiliki kesenangan,  bebas dari kesusahan.  Maka, suatu perbuatan akan dinilai baik atau buruk  sejauh dapat meningkatkan dan memenuhi kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Pada  titik ini, Bentham meninggalkan tataran individu, masuk ke tataran masyarakat.  Bagi Bentham, moralitas suatu tindakan harus ditentukan dengan menimbang kegunaannya untuk mencapai kebahagiaan umat manusia, yakni masyarakat keseluruhan.

*

Dalam perkembangan utilitarisme dewasa ini,  Poedjawijatna (1996: 45-46)  mencatat,  suatu perbuatan dapat dimaknai baik jika menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi semua orang. Karena, jika yang berguna bagi individu,  ia menjadi  individualisme; dan jika bagi masyarakat/negara,   ia adalah sosialisme. Persoalannya, menurut Poedjawijatna,  yang berguna bagi individu belum tentu berguna bagi negara/masayarakat;  demikian sebaliknya .

Sementara K. Bertens (2002:251-252)  mengingatkan, prinsip utilitarisme dewasa ini tidak memberi jaminan bahwa kebahagiaan dibagi dengan adil.  Jika dalam suatu masyarakat mayoritas hidup makmur sejahtera dan minoritas serba miskin,  bagi utilitarisme  masyarakat seperti itu  sudah diatur dengan baik.  Lantas, bagaimana hak minoritas?  Artinya bagi utilitarisme, demikian Bertens, tidak ada tempat untuk hak. Padahal, hak merupakan suatu kategori moral yang sangat penting .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar