Berbeda dengan tiga aliran sebelumnya, religiosisme berpendapat
tindakan baik adalah yang sesuai dengan kehedak Tuhan, dan yang buruk
adalah yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Adalah tugas teologi
untuk menetapkan yang baik dan buruk.
Masalahnya, sesuai kodratnya, tidak semua manusia religius. Atau, ia
religius hanya pada salah satu bidang kehidupan saja, sementara bidang
kehidupan seorang manusia sangat beragam.
Selain itu, jika kita serahkan semua kepada takdir, sulit melakukan bahasan selanjutnya
*
Apabila mengkaji aliran-aliran filsafat moral yang lain, pertanyaan
tetap sulit terjawab: apakah nilai yang tertinggi itu? Apakah tujuan
hidup manusia? Dalam pencapaian tujuan hidupnya, siapakah yang harus di
dahulukan? Situasi selalu dilematis, berlangsung terus selama
manusia berkehendak, menjadikannya dilema yang kekal.
Setelah mengkaji berbagai aliran filsafat moral yang ada, akhirnya
kita sampai pada kesimpulan bahwa terdapat tiga pertanyaan pokok yang
dicari manusia dalam hidupnya. Untuk dapat mengkaji hal ini, mari kita
“memilih” tempat berpijak sebagai langkah awal, sebagai sudut pandang
kita, yakni pada salah satu paradigma atau sikap mental kita:
eudominisme, yang menyatakan bahwa tujuan hidup setiap manusia adalah
memperoleh kebahagiaan.
Berangkat dari sini, maka sampailah pada tesis: semua manusia ingin
bahagia, tidak ada manusia yang tidak ingin bahagia. Namun, ukuran
kebahagiaan manusia tidak ada yang sama.
Hakikatnya, manusia mencoba menjawab tiga pertanyaan pokok kehidupan, yaitu:
- Dimana kebahagiaan itu ingin diraih?
- Apa yang dapat memberi kebahagiaan?
- Siapa yang harus didahulukan dalam mendapatkan kebahagiaan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar