Sebelum
berlanjut pada aliran-aliran filsafat moral, sebaiknya kita simpulkan terlebih dahulu beberapa hal terkait kehendak bebas atau free will, yakni bahwa terdapat dua paradigma utama.
Yang pertama, tidak mengakui adanya kehendak bebas (Determinisme) dan yang kedua mengakui adanya kehendak bebas (Antideterminisme).
Yang pertama, tidak mengakui adanya kehendak bebas (Determinisme) dan yang kedua mengakui adanya kehendak bebas (Antideterminisme).
Bagi
aliran Determinisme, segalanya sudah tertentukan. Setiap materi alam tunduk
pada hukum alam. Jika X maka Y.
Sebaliknya,
Antideterminisme yang mengakui keberadaan free will justeru menyatakan di antara stimulus dan respons ada kehendak bebas, jika X
belum tentu Y.
*
Sampai di sini Anda bisa melihat, bahwa aliran Determinisme yang tidak mengakui adanya kehendak bebas, cenderung melahirkan paradigma Positivist.
Sebaliknya,
Antideterminisme yang menganggap bahwa di antara stimulus dan respons ada
kehendak bebas, cenderung melahirkan paradigma Nonpositivist. Jika X belum
tentu Y, tergantung kepada siapa, kapan, dan di mana; atau dalam bahasa Filsafat Ilmu disebut "ideografik".
Karenanya,
paradigma Nonpositivist cenderung digunakan oleh peneliti yang ingin menguak hal-hal yang ada
di balik tindakan manusia, sesuatu yang ada di balik permukaan, melakukan
penilaian moral atas suatu tindak komunikasi.
Masalahnya, ketika melakukan penilaian moral, manusia cenderung subjektif; sesuatu yang sangat dihindari dan ditolah oleh paradigma Positivist.
Maka, berseberanganlah kedua paradigma itu.
Masalahnya, ketika melakukan penilaian moral, manusia cenderung subjektif; sesuatu yang sangat dihindari dan ditolah oleh paradigma Positivist.
Maka, berseberanganlah kedua paradigma itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar